Minggu, 06 Mei 2007

Kenangan Itu

Kenangan itu terus menghantuiku, setiap ku tertidur ku terus teringat akan kenangan itu. Suatu kenangan yang membuatku menyesal seumur hidupku. Aku tidak tahu apakah kenangan itu bisa terlupakan dalam hidupku. Namun setiap aku mengingat kenangan itu, membuat diriku menangis dan menangis sejadi-jadinya.

Lima tahun yang lalu, aku yang dikenal sebagai wanita yang cantik, alim dan tahu akan sopan-santun. Aku terjerembab dalam kesombongan batinku. Ku kenal seorang yang berbeda kepribadian denganku. Namanya James, dia termasuk lelaki yang digandrungi oleh teman-teman kuliahku. Dia tampan dan pintar merayu serta dia seorang yang suka berpesta pora dalam mengikuti acara-acara yang ada di diskotik.

Aku melihatnya bagaikan aku melihat iblis yang siap masuk neraka. Diriku selalu menghujatnya dengan hujatan yang sangat menyakitkan. Namun dia hanya terdiam dan tersenyum getir mendengar hujatanku. Saat kupandang wajahnya, rasanya hatiku pingin muntah dan muntah secara berulang ulang. Lalu aku memalingkan muka bila wajahnya menatap wajahku.

Selalu kuucapkan padanya “Hai, calon neraka menjauh dariku!”. Namun jawaban dia hanya tersenyum. Dan dia hanya berucap “terima kasih De”. Suatu ucapan yang sangat enak di telingaku. Namun hatiku sudah terlampau membenci peringainya. Sehingga apapun yang keluar dari mulutnya bagaikan sebuah ular berbisa yang siap menerkam mangsanya dengan manisnya madu yang ada di sekitar bisanya.

Dua tahun kemudian aku terpisah dengan dirinya. Dan saat bertemu kembali dengan dirinya, dia terasa berbeda dari sebelumnya. Wajahnya nampak alim dan dia menjadi sangat bersahaja. Aku melihat wajahnya bagaikan melihat perubahan yang sangat drastis antara dua makhluk yang berbeda, antara makhluk iblis yang berubah menjadi malaikat.

Dia menyapaku dengan ucapan yang sangat lembut sekali. Akupun menjawabnya dengan rasa senang yang luar biasa. Lama kelamaan aku menjadi tertarik padanya, mulai dalam hatiku tumbuh rasa penasaran apa yang sebenarnya telah terjadi pada dirinya. Setelah lama ku selidiki ternyata perubahannya dikarenakan dia selama dua tahun terpisah mempelajari diriku. Dia sangat mencintaiku, sehingga dia akan berusaha berubah untuk dicintai oleh diriku.

Dia mulai belajar agama yang sebelumnya tak dikenalnya. Lalu sedikit demi sedikit dia mulai tahu, apa-apa yang sangat kusukai pada seseorang. Dia terus belajar segala ilmu agama yang kukuasai dan kusenangi yang akhirnya aku bertemu kembali dengannya. setelah lama aku mengenalnya, dia sering mengucapkan hadist-hadist dihadapanku. Kata-katanya semakin penuh ayat-ayat bila bertemu dengan diriku.

Aku semakin terpikat padanya. Aku merasa tersanjung, dia mau berubah karena begitu besar cintanya padaku. Karena kekagumanku pada diriku, aku menerima cintanya. Aku merasakan betapa berjasanya diriku yang telah merubah seseorang yang sebelumnya bersifat iblis menjadi bersifat malaikat.

Lalu pernah kutanyakan padanya “ Ka, apa yang merubah dirimu menjadi begitu baik?”, dia menjawab “ rasa cintaku padamu telah mengubah diriku menjadi seperti ini, aku mau melakukan apapun untuk mendapatkan cintamu padaku”. Suatu jawaban yang membuatku mati dalam kebahagiaan yang luar biasa. Karena diriku begitu berjasanya sehingga bisa merubah seseorang menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Dua tahun kemudian dia melamarku dan aku dengan senangnya menerima lamarannya. Aku menikah dengan dirinya dengan kekaguman pada diriku sendiri yang telah berhasil merubah seseorang karena begitu besar cintanya kepadaku.

Satu tahun kemudian, saat ini, setelah pernikahan itu berjalan. Sifatnya mulai berubah kembali pada sifatnya 5 tahun yang lalu. Dia mulai sering menempelengku, dia memakiku dengan makian “wanita jalang”. Aku mulai tersadar ternyata kenangan 5 tahun yang lalu itu aku terima saat ini bahkan lebih dekat lagi. Aku sengsara dalam kesombongan diriku yang telah mengagumi diriku sendiri dalam mengubah seseorang menjadi bagaikan malaikat.

Baru kusadari bahwa seseorang berubah karena ingin mendapatkan sesuatu yang fana, maka setelah ia mendapatkan yang fananya itu dia akan kembali pada kehidupannya semula. Karena dia telah merasa puas terhadap apa yang ingin dicapainya. Berbeda bila seseorang mencari dan merindukan sesuatu yang abadi maka dia akan terus tetap setia pada perubahan itu. Aku adalah seorang yang fana, maka setelah dia mendapatkan diriku yang fana ini, maka dia akan kembali pada keadaannya semula.

Seharusnya aku menerima calon pendamping yang mempunyai keyakinan pada sesuatu yang abadi bukan berubah karena diriku. Karena bila dia berubah tuk mencari kebenaran maka dia akan berubah selamanya, baik mendapatkan diriku ataupun tidak.

-Gantira- Jakarta

Jumat, 06 April 2007

Sepi...

"Dor..Dor..dor.." suara tembakan terdengar 3 kali berturut-turut. Setelah suara tembakan itu berlalu, kumerasakan rasa panas yang luar biasa di kedua pahaku lalu dunia terasa menjadi gelap, gelap sekali yang akhirnya aku berada pada tempat yang membingungkan antara ada dan tiada semuanya serba membingungkan.

Setelah lama aku berada pada situasi itu, lalu aku terbangun dan kulihat di sekitarku hanyalah ada kain-kain putih. Ternyata aku sekarang ada di rumah sakit. lalu kulihat kakiku, "Oh, Tuhan kakiku telah menghilang, Dokter telah mengambilnya tanpa seijinku" hati teriak tanpa hentinya. Disamping tempat tidurku ada sebuah karangan bunga, dan didalamnya ada sebuah surat.

Surat tersebut aku buka, tertulis didalamnya " Maafkan atas keteledoran anak buahku, satuan kami akan memproses dia secara hukum, semoga Dik Andi cepat sembuh... Ttd Jenderal Santoso". Mendapatkan surat langsung dari seorang Jenderal tidaklah membuat hatiku bahagia padahal dulu ingin sekali aku berkenalan dengan seorang jenderal karena aku begitu salut dan kagum kepada mereka dan cita-citaku dulu ingin menjadi salah satu anggota pembela negara ini.

Namun surat yang kudapatkan dari seorang jendral yang kubangga-banggakan tak membuatku bahagia dengan kondisiku saat ini. Lalu mataku mulai mencucurkan air mata, aku menangis sejadi-jadinya memikirkan kedua kakiku yang telah terpisah dari tubuhku. Aku banting karangan bunga beserta suratnya. Dan berdatanganlah para suster dan dokter memeriksa kondisiku saat itu.

Setelah sebulan aku berada disana, kondisiku mulai membaik lalu aku mulai menemui kasir di rumah sakit itu. Saat kutanyakan berapa biaya yang harus ku keluarkan. Keluar beberapa kalimat dari kasir itu "Maaf pak, semua tagihan untuk kesembuhan bapak sudah ditanggung oleh Jendral Santoso". Mendengar kalimat yang menyenangkan itu tidak membuat hatiku bahagia, aku tetap dingin menanggapinya, dan keluar secara tiba-tiba dari mulut kecilku, "heh" suara yang bernada sinis bagi orang yang mendengarnya.

Lalu aku pulang kerumahku yang cukup besar, namun kosong dari kehidupan manusia. Rumah itu adalah warisan dari kedua orang tuaku. Aku tinggal sendirian tanpa saudara dan istri. Kudatangi semua perabotan rumahku ternyata semua sudah berdebu, aku hanya menarik nafas sambil mendorong kursi rodaku yang mulai terbiasa menjadi pengganti kakiku.

Terasa situasi di tempatku sepi tanpa kehidupan, apalagi pada kondisi saat ini. Kesepian mulai menemuiku dengan gembiranya. Namun hatiku tetap merasakan kesepian yang mendalam. Lalu didepan rumahku terdapat beberapa surat. Satu persatu kulihat secara selintas, ada satu amlop dari perusahaan tempatku bekerja. Tertulis didalamnya bahwa aku telah di PHK secara hormat dan di lampiri bukti transfer sejumlah uang ke rekening pribadiku. Aku terdiam dan rasa sedihku semakin bertambah.

Situasi yang sepi ini membuatku semakin menyesali atas semua tindakan dulu yang pernah kulakukan. Saat itu, kedua orang tuaku masih ada. Di tempat itu di hadiri oleh banyak orang, keluarga besarku dan keluarga besar calon istriku berkumpul. Pada saat acara Ijab Kabul sebagai sarat sahnya sebuah pernikahan. Aku tiba-tiba berontak dan mengatakan secara sepihak bahwa aku tidak mau acara itu dilanjutkan, aku merasa masih ingin bebas, bebas dari ikatan siapapun. Aku saat itu masih berpikir bahwa karirku jauh lebih penting daripada pernikahan yang akan membuat pikiranku bercabang.

Mendengar tindakanku saat itu, semua orang yang hadir kaget, wanita disebelahku langsung menangis menahan rasa sedih dan kecewa yang sangat dalam. Keluarga calon istriku langsung pergi dengan nada kesal dan tampak wajah yang merah memedam rasa marah, keluarga besarku terdiam menahan rasa malu lalu satu persatu rumah itu sepi dan sepi.

Sekarang, aku baru menyadari betapa sepinya hidup sendirian, seandainya peristiwa itu bisa terulang mungkin situasi saat ini tidak akan sesepi yang kualami. Hatiku sepi, jiwaku sepi, telingaku sepi, kakiku sepi, kesepian yang melebihi sepinya sebuah kuburan dimalam hari tanpa ada seekor binatangpun berkunjung padanya. Sepiii...

-Gantira- Jakarta

Selasa, 06 Maret 2007

Tertidur

Mulutnya mulai menguap, matanya mulai memerah dan menyempit, tangannya terus menerus mengusap wajahnya. Dia berusaha untuk tetap terjaga namun rasa ngantuk tak bisa dia hindari dan akhirnya dia tertidur dengan pulasnya. Sekelilingnya terdengar suara yang membentak-bentak dan memarahi seluruh isi kelas itu. Sehingga dari hati setiap siswa di kelas itu, ada yang jengkel, ada yang takut, ada yang dendam pada tindakan guru yang tiba-tiba marah tanpa sebab itu.

Pada saat bel pulang berbunyi, arman si tukang tidur terbangun dan mulai dia mengusap wajahnya dengan senyuman. Setiap siswa satu persatu keluar ruangan kelas dengan wajah tegang. Namun berbeda dengan arman dia tersenyum pada guru yang sebelumnya marah alang kepalang. Karena senyuman arman yang tulus dan tak tahu menahu atas peristiwa sebelumnya, membuat wajah angker guru tersebut ikut tersenyum.

-Gantira- Jakarta

Selasa, 06 Februari 2007

Terserah

"Terserah, aku gak peduli apa yang akan bang lakukan, yang kuinginkan hanya uang untuk keselamatan anak kita, titik", teriak suminah terhadap Ading suaminya. Mendengar rasa kesal istrinya, dia semakin bingung dan bingung apa yang mesti dia lakukan. Sudah lama dia berusaha menghindar dari uang-uang yang datangnya gak jelas dari kantornya. Namun, semenjak cobaan anaknya sakit, dia semakin bingung apa yang mesti dia lakukan. Apakah dia akan ikut bersama teman sekantornya dalam memanipulasi uang atau dia tetap pada pendiriannya tuk menghindari semuanya.

Awalnya, dia masih bisa kuat dan dengan sabar menasihati suminah mengenai pentingnya menjaga diri dari harta yang gak jelas, namun semenjak 'usup' anaknya sakit dia mulai bimbang dengan pendiriannya. Dia mulai bingung dalam mengatasi keadaan yang menimpanya. Dia berusaha mencari tambahan lain dengan menjadi tukang ojek di malam hari untuk memenuhi biaya obat dan dokter untuk anaknya. Namun semua hasil yang didapatkannya masih jauh dari cukup.

Bila dilihat dari kedudukannya di instansi yang dia tempati, dia tidaklah terlalu rendah, masih banyak posisi teman-temannya yang berada di bawahnya. Namun semua teman sekantornya mempunyai kedudukan ekonomi yang jauh diatas dia. Banyak dari temannya yang memperolok semua yang dia lakukan, karena dengan kedudukan yang Ading capai saat ini bisa membuat dia jauh lebih kaya dari mereka. Namun, seperti biasa Ading merasa bahwa kedudukan itu bukanlah tujuannya. Dia berpendirian bahwa kebahagiaan adalah pada saat dia berusaha menghindari diri dari barang-barang dan uang yang tak jelas menurut keyakinannya.

Semenjak sakit anaknya mulai memuncak, sikap istrinya Suminah mulai berbeda. Dia mulai sering uring-uringan dan terus menyalahi dirinya yang bodoh dan lugu, sehingga keadaan ekonomi mereka tidaklah sebagus teman dan tetangga tetangganya. Istrinya sering mengomel dengan kata-kata yang tidak enak didengar, terbayang suara istrinya yang terus didengarnya "abang ini bodoh, masa dengan kedudukan abang, abang hanya punya motor butut, rumah RS yang gak layak huni, abang payah", suara dari istrinya terus bersemayam dalam dirinya. Dia bingung dan terus bingung dengan gempuran hinaan dari berbagai penjuru.

Teman-temannya siap membantu dirinya dengan menyiapkan kuitansi2 fiktif untuk memenuhi biaya pengobatan anaknya, istrinya terus ngomel dan minta uang walaupun dari mana asalnya. Mendapatkan gempuran yang begitu pesat membuat kepalanya hampir meledak terpencar ke berbagai arah. Dia terdiam dan termenung setiap hari menghadapi kebingunagnnya. Dia harus memilih antara kesehatan anaknya atau menerima uang dari sesuatu yang dipandangnya tak layak bagi keyakinannya.

"Ding, berbuat dosa sekali untuk menolong orang yang kita cintai masih bisa diampuni Tuhan. Tuhan kan maha Penyayang dan Maha Pengasih" nasihat atasannya terhadap dirinya. Dia terdiam dan mulutnya membisu mendengarkan nasihat yang tetap aneh menurut hatinya itu. Lalu atasannya meninggalkan dia dengan sejumlah uang dan beberapa kuitansi yang mesti ditandatanganinya. Ading dipersilahkan untuk berfikir berulang kali.

Setelah memikirkan semua nasihat-nasihat yang masuk ke kepalanya. Hatinya mulai bimbang dengan pendiriannya semula. Lalu dambil uang serta kuitansi yang siap di tanda tanaganinya. Dia lantas pulang kerumahnya yang masih reyot dan jelek dipandang mata. Dia langsung, masuk rumahnya dan tiduran di ruang tamu karena dia tahu istrinya sudah tertidur kecapaian menjaga 'usup' yang mengalami panas yang luar biasa.

Lalu, ia mulai menyimpan uang itu kedalam laci dan siap menandatangani semua yang mesti dia tanda tangani. Namun, matanya sungguh berat tuk mulai menggoreskan tanda tangannya pada beberapa kuitansi yang mesti diisi. Dia merasakan rasa kantuk yang luar biasa, karena kelelahan berfikir dan pekerjaan yang menumpuk dikantornya. Untuk menghindari kesalahan tanda tangan, maka dia memutuskan tuk tidur terlebih dahulu lalu terlelap dalam tidurnya yang tak dapat dia tahan-tahan lagi.

Tiba-tiba dia berada pada suatu jembatan yang sangat luas berjalan bersama-sama orang-orang yang berwajah bersih dan bercahaya menuju suatu tempat yang sangat indah dengan perkebunan dan bangunan bagaikan istana yang jauh lebih megah dari istanyanya kerajaan Inggris. Saat diperjalanan menuju tempat itu, tiba-tiba dihadapannya muncul suatu binatang yang sangat mengerikan yang siap menerkamnya. namun anehnya binantang itu hanya menatapnya dan mengabaikan orang-orang disekitar dirinya.

Binatang itu mengaum-ngaum dan nampak mulutnya yang besar dengan gigi yang siap menerkamnya mendekati dirinya. Dan dia berlari dan berlari sampai akhirnya dia terjatuh dalam jurang yang sangat dalam dan mulai terasa panas yang semakin menyengat selaras dengan jatuhnya dia ke jurang yang semakin dalam itu. Lalu dia terbangun dan terucap kalimat istigfar berulang-ulang dari mulutnya.

Dia, termenung dalam mimpi yang dialaminya. lalu dia mencoba menghubung-hubungkan dengan kehidupannya yang dialaminya sesuai dengan yang dia pahami. lalu dia melihat kuitansi yang ada di depan mejanya. Dia terdiam seribu bahasa serta berfikir apa yang mesti dilakukannya pada situasi saat itu.

Besok paginya dia membawa motor serta sertifikat rumahnya ke tempat penggadaian dan dia memperoleh sejumlah uang tuk kebutuhan pengobatan anaknya. Dia pulang dengan senyuman dan bersyukur bahwa semalam hanyalah sebuah mimpi yang sangat menakutkan untuk mengingatkan dirinya.

-Gantira- Jakarta

Jumat, 05 Mei 2006

Ternyata Aku Telah Jatuh Cinta Lagi

Seorang kakek tua yang baru menikah, tanpa di temani oleh istri tercintanya berkelana ke sebuah pulau yang cukup besar. Di pulau itu dia hidup sendirian pada sebuah rumah yang cukup mewah menurut dirinya.

Di pulau yang baru itu, dia diwajibkan untuk selalu mengikuti rapat besar yang diadakan seminggu sekali. Dimana rapat tersebut dihadiri oleh para pemuda yang menggunakan bahasa dari generasi modern, dengan pemimpin rapatnya seorang pemuda asli dari pulau tersebut.

Setiap mengikuti rapat itu, si kakek agak kesulitan mengikuti bahasa yang digunakan oleh generasi modern tersebut. Dia berpikir kalau rapatnya seminggu skali maka akan lama untuk menyesuaikan telinganya dengan suara yang baru baginya. Awalnya dia mengharapkan kedatangan istri tercintanya supaya bisa berlatih tiap detik dengan bahasa generasi anak muda tersebut. Namun sayang istri tercintanya masih menunggu perahu yang akan membawanya ke pulau tersebut.

Setelah lama berpikir, akhirnya si kakek teringat akan suatu daerah tandus. Dimana disana terdapat sekelompok anak muda yang sering berkumpul lima kali dalam satu hari. mereka terus menerus mencangkul tanah yang tandus itu agar bisa menjadi lebih subur bagi hati mereka.

Setelah mengetahui bahwa di tanah tandus itu banyak pemuda yang menggunakan bahasa yang modern. Si kakek gembira skali karena dia telah menemukan solusi untuk meningkatkan pendengarannya terhadap bahasa yang aneh baginya. Dia mulai ikut menggali tanah yang tandus tersebut dengan tujuan utama berkomunikasi dengan sekelompok pemuda yang ada disana.

Hari demi hari berlalu, namun ada suatu keanehan yang terjadi pada diri si kakek. Dia merasakan suatu kenikmatan lain yang dirasakan hati si kakek pada saat dia mencangkul tanah yang tandus itu. Dia akhirnya lupa akan tujuan utamanya, dia mulai terbenam dalam kenikmatan yang luar biasa. Meskipun si kakek kadang-kadang bercakap dengan sekelompok pemuda itu. Tapi bagi si kakek percakapan itu bukan tujuan utama lagi. Tujuan utamanya beralih menjadi merasakan kenikmatan setiap cangkulan pada tanah tandus tersebut.

Meskipun di pagi hari yang sangat dingin dan menggetarkan badannya dimana hanya sedikit para pemuda yang datang pada saat itu. Si kakek tetap mendatanginya tanpa peduli ada tidaknya pemuda yang ingin diajaknya berbicara, sebab dia begitu merindukan dan menikmati setiap cangkulan pada tanah tandus tersebut. Karena begitu nikmatnya setiap cangkulan tersebut, si kakekpun mulai mencangkul di rumahnya pada tengah malam dan juga pada pagi hari. Si kakek baru sadar ternyata cangkulan di malam hari dan pagi hari sama nikmatnya dengan mencangkul lima kali dalam sehari di daerah tandus tersebut.

Di daerah tandus tersebut, ada seorang pemimpin yang selalu memberikan nasihat dalam satu minggu sekali dengan menggunakan bahasa modern. Ada salah satu nasehat yang begitu bermakna bagi si kakek tersebut yaitu "janganlah pernah merasa diri ahli surga dan jangan pernah pula mencap orang lain yang tidak melakukan cangkulan itu ahli neraka, sebab kita tidak tahu nasib kita pada saat meninggal nanti, semuanya bisa berbalik 180 derajat, namun yang perlu kita harapkan hanyalah berdoa dan berharap agar kita ditakdirkan menghembuskan napas terakhir dalam keadaan mencangkul tanah yang tandus".

Si kakek selalu merenungi nasihat pemimpin dari para pemuda yang sering mencangkul di tanah tandus tersebut, dan diapun membaca kitab sucinya:

Q.S. Al-Ankabuut(29)
Ayat 56:
"Hai hamba-hambaKu yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku saja."

Ayat 58-59
"Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam syurga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal, (yaitu) yang bersabar dan bertawakal kepada Tuhannya"

Ayat 60
"Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui"

Asy-Syams ayat 7-10,
''Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.''

Setelah membaca kitab sucinya, si kakek mengatakan dalam hati "Ternyata Aku Telah Jatuh Cinta Lagi"

-Gantira- Wollongong Australia

Minggu, 05 Maret 2006

Bersyukur Atas Ilmu Menghormati Ibu

Dua puluh sembilan tahun yang lalu, seorang ibu melahirkan seorang anak yang nampak normal seperti anak yang baru lahir lainnya. Saat melihat perkembangan anak tersebut, ibu itu jadi khawatir karena anaknya belum bisa bicara sebagaimana anak lain yang seusianya. Lalu ibu itu berdiskusi dengan dua orang kakak dari anak itu, mengenai solusi apa yang bisa dilakukan agar anak kecil itu bisa cepat bicara.

Dua orang kakaknya yang masih berumur sekitar 3 tahun dan 5 tahun mempunyai inisiatif, yaitu setiap hari jum'at siang mereka menempatkan adiknya di atas meja yang dilewati oleh orang-orang yang baru pulang dari menyembah Tuhannya. Kedua kakaknya itu meminta pada setiap orang yang menurut hati mereka doanya dikabulkan oleh Tuhannya, lalu anak kecil yang berumur 3 tahun selalu berucap pada orang-orang yang dihampirinya "Kek, Kak, Pak, mohon do'a kan adikku agar bisa cepat bicara ".

Orang-orang yang diminta itu lalu menghampiri anak yang belum bisa bicara, dan mulutnya mulai berkomat-kamit serta meniupkan angin pada kepala anak kecil itu. Kejadian yang tidak biasa itu terus berlangsung berbulan-bulan, sampai anak kecil itu bisa bicara dengan hanya satu kata "mama". Saat mulai menginjak umur 6 tahun, teman-teman sepermainan anak itu mulai memasuki SD, namun anak itu ditolak oleh semua SD yang ada karena meskipun badannya seukuran dengan yang lainnya tapi umur anak itu masih 1 tahun dibawah teman-teman sepermainannya. Anak kecil itu menahan kesedihan yang dalam karena tak dapat menikmati apa yang dinikmati oleh teman-temannya.

Ibunya bisa merasakan kesedihan anak itu, lalu ibu dan bapak anak itu berusaha mencari SD yang bisa menerimanya, dan akhirnya menemukan sebuah SD yang masih kurang muridnya dikarenakan kualitas SD tersebut tidaklah sehebat SD disekitarnya sehingga orang enggan memasukan anaknya ke SD tersebut.

Anak kecil itu baru bisa membaca huruf A, B sampai Z saat menginjak kelas 2 SD. Rata-ratanya tidak pernah menginjak diatas angka 7 apalagi 8 sehingga rangkingnya di kelas selalu rangking di bawah 3 dari bawah. Ibunya sangat menyayangi anak itu walaupun menyadari kebodohan anaknya itu yang sangat jauh berbeda dengan saudara-saudaranya yang selalu mendapat rata-rata di atas 7 bahkan 8 serta rangkingnya selalu di bawah 3 dari atas.

Pada saat menginjak kelas 4 SD, anak itu di asramakan pada sebuah pesantren yang cukup terkenal di kota Bandung. Lamanya sekitar 2 bulan selama liburan sekolah SD saat itu. Pada saat di pesantren banyak sekali ilmu yang dijejali ke dalam otaknya, tapi tak satupun yang bisa diingat dan dipahami. Sehingga dia sering menjadi anak yang menggangu bagi proses belajar di pesantren itu. Dan anak itupun terus menerus dipindah-pindahkan dari satu kelas ke kelas yang dibawahnya secara periodik.

Pada saat semua anak-anak dengan jumlah ratusan yang ada di pesantren itu duduk bersama untuk mendengarkan nasihat dari seorang 'Buya' yang menjadi sesepuh di pesantren besar itu. Buya berkata "hai anak-anakku jika dirimu menghormati ibumu sehingga ibumu menjadi bahagia dengan kelakuan dirimu padanya, maka pahala yang didapatkan dirimu jauh lebih besar daripada pahala orang yang ibadah haji dengan ikhlas". Anak itu sangat bahagia karena dia mendapatkan sebuah ilmu yang sangat berharga baginya.

Setelah pendidikan di pesantren itu selesai, banyak dari teman-temannya yang menjadi pintar dalam berbagai ilmu agama, ada yang bisa menghapal surat-surat dari kitab suci, ada yang bisa menghapal do'a-do'a, ada yang hapal semua perkataan nabi tercinta dan banyak lagi teman-temannya yang menjadi sangat pintar dalam ilmu agama tersebut. Saat anak itu pulang ke rumah ibunya, dan ditanya oleh ibunya "ilmu apa yang dirimu dapatkan anakku", si anak menjawab dengan bahagia "saya hanya mempunyai satu ilmu yang akan ku ingat dan kulaksanakan selama hidupku, yaitu menghormati dan membuat hati bahagia 'mama'".

Sejak saat itu, pada saat dia keluar rumah si anak selalu mencium tangan ibunya dengan niat untuk menghormati dan membahagiakan ibunya. Ibunya selalu berkata "Anakku, semoga apa yang dirimu inginkan terkabulkan oleh Tuhan Semesta Alam", anak itu sering melakukannya saat keluar rumah walaupun hanya sekedar membeli sebuah permen.

Kemudian saat dia masuk kembali di sekolah SD nya, didalam hatinya hanya ada satu keinginan, yaitu mendapatkan nilai di buku sekolahnya di atas 7 walaupun menurut dirinya itu tidaklah mungkin dengan kemampuan otaknya yang sangat bodoh. Namun keajaiban terjadi, dia mendapatkan nilai yang diinginkannya ketika menginjak kelas 6 SD. Setelah mendapatkannya maka cita-citanya berganti yaitu ingin masuk SMP negeri.

Saat Nem SD dibagikan, anak itu memperoleh nilai yang sangat bagus menurut anak itu, namun sangat jelek menurut teman-teman yang lainnya. Tapi anak itu tetap bersyukur dengan nilai yang diluar dugaannya. Dia akhirnya masuk SMP dengan nilai terkecil dari SMP negeri itu adalah nilai Nem dirinya. Saat masuk SMP, cita-citanya berubah lagi yaitu ingin mencoba merasakan masuk rangking dibawah 3 dari atas. Akhirnya keinginannya terpenuhi pada saat kelas tiga SMP.

Kemudian cita-citanyapun berubah lagi yaitu ingin masuk SMA negeri di kota, lagi-lagi keinginannya terpenuhi dan dia memasuki SMA di kota dengan nilai Nem terendah adalah nilai Nem dirinya. Saat masuk SMA dia berubah lagi cita-citanya, dia ingin menjadi murid terbaik di sekolah itu. Akhirnya cita-citanya terpenuhi saat berada di kelas 3 SMA dan kemudian diapun bisa memasuki sekolah tinggi terkenal di Indonesia.

Suatu hari anak itu bertemu dengan teman-teman kecilnya, dan menanyakan sekolah tinggi yang digelutinya saat itu. Saat anak itu menjawab pertanyaan teman-teman kecilnya, mereka tidak percaya dan menganggap anak itu berbohong. Namun anak itu tidaklah marah karena dia sendiripun tidak percaya pada rizqi yang didapatinya, yang ia lakukan hanyalah bersyukur kepada Tuhannya dan lebih memperdalam mengenai "Ilmu Menghormati Ibu".

Saat memasuki sekolah tinggi, si anak itu tidaklah terlalu pintar dibanding teman-temannya yang sangat cerdas dan jenius. Tapi anehnya lagi hanya anak itu yang sering lolos mendapatkan beberapa beasiswa dengan nilai uang yang cukup besar, bahkan melebihi seluruh biaya sekolahnya saat itu. Teman-teman kuliahnya dan si anak itu heran dengan apa yang terjadi, namun sekali lagi yang dilakukan anak yang bodoh itu hanya bersyukur dan lebih memperdalam "Ilmu menghormati Ibu".

Setelah keluar dari sekolah tinggi yang cukup bergengsi itu, dia mulai kerja pada perusahaan dosennya. Pada saat mulai kerja di tempat itu, dia melihat seorang ibu yang merupakan adik dari bosnya yang nampak kesulitan membuat gambar untuk desertasinya. Si anak melihat ibu itu bagai melihat ibunya sendiri, dan dia mulai mengaplikasikan ilmu andalannya yaitu "Ilmu Menghormati Ibu". Anak itu membantunya dengan ikhlas, karena dia merasa ibu itu adalah ibunya sendiri. Anehnya lagi ibu itu akhirnya menjadi ibu dari pacarnya yang baru dikenalnya.

Kemudian anak itu diterima di instansi pemerintah yang baru berdiri. Salah satu dari atasannya adalah seorang ibu, dia melihat atasannya bagaikan melihat ibunya dan lagi-lagi si anak itu mulai mengaplikasikan "Ilmu Menghormati Ibu". Akhirnya walaupun ibu itu tidak begitu disukai oleh teman-teman anak itu, tapi dia begitu sayang pada anak buahnya itu sehingga ke daerah manapun ibu itu pergi, dia selalu membawa anak yang selalu mengamalkan ilmunya tersebut.

Setelah 2 tahun, si anak itu lagi-lagi mendapatkan rizqi yaitu dia mendaftar beasiswa sekolah S2 bersama teman-teman di instansinya. Dari kemampuan bahasa inggrisnya si anak itu jauh dibawah teman-temannya yang sangat pintar dan sering menerjemahkan buku-buku bahasa inggris ke indonesia. Sekali lagi anehnya yang keterima hanya berdua, salah satunya si anak yang bodoh itu.

Saat mengikuti kursus di jakarta, pada hari pertama gabung bersama yang akan dikirim keluar negeri namun karena bodohnya dalam bahasa inggris, di hari kedua dia di pindah ke kelas yang di fokuskan untuk sekolah di dalam negeri. Anak itu awalnya kecewa, tapi akhirnya dia mensyukurinya karena dia merasa memang sangat bodoh. Dikelasnya yang baru banyak dari teman-temannya yang berusaha mati-matian untuk merubah tujuannya agar bisa sekolah keluar negeri.

Namun si anak itu hanyalah cukup mensyukuri apa yang didapatinya, pada saat selesai kursus itu, anehnya yang diputuskan oleh panitia untuk ke negeri kangguru dari kelas itu adalah anak itu beserta seorang sahabatnya yang sama-sama tidak berambisi ke negeri kangguru. Untuk mensyukurinya, anak itu mulai menerapkan kembali "Ilmu Menghormati Ibu", dia menelpon ibunya dan mengatakan bahwa selama dia di negeri kangguru semua gajihnya untuk ibunya .

Pacar anak itu mengharapkan untuk menikah terlebih dahulu, si anak dalam hatinya gembira dan mengiyakan juga namun ada satu hal yang mengganjal dalam hatinya, yaitu dia sudah menjanjikan gajinya untuk ibunya. Anak itu bingung menjawab ya, sebelum ada solusi dari kebimbangan hatinya. Namun pada saat bertemu ibunya tanpa keluar satu patah katapun dari anak itu, ibunya seakan mengerti dan paham akan kegelisahan anak itu dan berkata "Anakku, mama ucapkan banyak terima kasih atas niat baikmu, namun gajihnya biarlah disimpan untuk bekalmu nanti".

Mendengar ucapan ibunya, anak itu merasa lega dan mulai mengatakan niatnya untuk mempersunting pacarnya. Dan akhirnya pernikahanpun terlaksana. Sebelum berangkat ke negeri kangguru, anak itu berpesan pada istrinya agar meneruskan dan menerapkan ilmu yang hanya ada satu di otaknya yaitu "ilmu menghormati ibu", setelah istrinya mengiyakan barulah anak itu berangkat dengan hati yang tenang.

Pada saat di negeri kangguru, anak itu dikursuskan terlebih dahulu bersama teman-temannya yang sangat bagus dalam berbahasa inggris. Setiap ujian si anak itu selalu dapat nilai terbawah, namun anak itu tidaklah kecewa karena dia menyadari akan kebodohannya, yang dia lakukan hanyalah bersukur dan terus menerapkan "Ilmu Menghormati Ibu" dimana dia tiap minggu selalu menelpon ibunya, juga menelpon istrinya yang diakhiri dengan nasehat agar slalu menerapkan"Ilmu Menghormati Ibu"

Pada saat kursus hampir mendekati selesai, anehnya lagi si anak mendapatkan nilai yang bagus. Dan lebih aneh lagi anak itu mendapatkan penghargaan bersama salah seorang yang telah diberkahi Tuhan dalam menghapal semua firmanNya. Teman-teman dan Anak itu sungguh bingung, padahal anak itu anak yang paling bodoh tapi bisa mendapatkan penghargaan bersama anak yang paling pintar. Yang dia lakukan hanya bersyukur karena penghargaan itu diluar kemampuan otaknya yang bodoh. Anak itu tidaklah merasa dirinya pintar dikarenakan mendapatkan penghargaan tersebut. Dia hanya terus bersyukur dan lebih memperdalam "Ilmu Menghormati Ibu".

Anak itu dari kecil sampai saat ini sering bermimpi dalam tidurnya dengan mimpi yang aneh-aneh, dulu waktu kecil pernah bermimpi menemukan uang dan besoknya memang menemukan uang. Dulu dia bermimpi rumahnya bertingkat serta ada mobil kijang yang berwarna biru, dan anehnya lagi itu terjadi saat dia masuk SMA. Anak itupun pernah bermimpi bertemu dan ngobrol dengan presiden Soekarno, Habibie, Gusdur, SBY, bahkan presiden Cina, Jerman, dan Amerika. Tapi anak itu merasa bahwa itu hanya mimpi dan mimpi adalah bunga tidur.

Setelah dia sering merenung mengenai negerinya, si anak kecil itu mempunyai cita-cita yang sangat tidak mungkin bagi otaknya yang sangat bodoh. Dia bercita-cita ingin jadi presiden di negerinya. Dia ingin menerapkan ilmunya yang hanya satu di otaknya, yaitu "Ilmu Menghormati Ibu". Dia ingin membahagiakan hati ibunya serta semua wanita penduduk indonesia, walaupun wanita itu masih kecil tapi dia adalah calon seorang ibu.

Anak itu berharap bahwa dengan membahagiakan semua ibu dan calon ibu, maka akan membuat effek ekonomi yang baik. Karena saat ibu dan calon ibu itu bahagia maka suaminya, anak laki-lakinya, ayahnya, saudara laki-lakinya dan semua warga indonesia akan menjadi ikut bahagia juga.Tapi itu hanyalah sebuah cita-cita yang tidak mungkin menurut otak manusia umumnya. Karena ilmu anak itu hanya bisa mensyukuri telah mendapatkan satu ilmu, yaitu "Ilmu Menghormati Ibu".

Lalu anak itu membaca kitab sucinya,

Q.S Al An'aam (6) ayat 53:
'Dan demikianlah telah Kami uji sebagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata: "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?" (Allah berfirman): "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?" '

Q.S. Al Hajj (22) ayat 38:
"Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari ni'mat"

Anak itu membaca kitab suci ini, dia semakin bersujud dan bersyukur atas ilmunya yang hanya satu yang akan selalu diingat dan diamalkan selama hidupnya, yaitu "Ilmu Menghormati Ibu"

-Gantira- Wollongong Australia

Minggu, 05 Februari 2006

Kenikmatan Yang Lenyap Begitu Cepat

Seorang ibu tua rabun yang mencari kebahagiaannya dengan menyulam tiap pagi di teras rumahnya. Banyak sekali orang yang lalu lalang melewati rumah ibu itu. Ada bebarapa orang yang ingin melihat hasil sulamannya, setelah melihatnya dia pergi tanpa ada kata apapun.

Dari sekian banyak orang yang lalu lalang, ada empat pemuda yang memperhatikan sulaman si ibu. pemuda pertama saat melihat hasil sulaman si ibu tua yang rabun, dia berkata "sulaman ibu tidak terlalu bagus, coba ibu perbaiki yang ini dan itu", pemuda pertama ini sering menghampiri si ibu untuk terus memberikan masukannya.

Pemuda kedua saat melihat sulaman si ibu, dia berkata "sulaman ibu bagus, coba teruskan dengan semangat ibu yang ada", pemuda kedua inipun sering menghampiri si ibu untuk terus memberikan semangatnya.

Pemuda ketiga saat melihat hasil sulaman si ibu tua, dia hanya berguman, namun si ibu tahu pemuda yang ketiga ini ahli dalam menyulam, karenanya si ibu mengharapkan kesediaannya jika si ibu berbuat keliru dalam menyulam agar cepat diingatkan, pemuda ini mulai memperhatikan si ibu dari jarak jauh.

Pemuda keempat saat melihat hasil sulaman si ibu tua, dia berkata " sulaman ibu jelek sekali, sebaiknya ibu hentikan kebiasaan ibu yang buruk itu", si ibu tua sangat kecewa, namun ketiga pemuda lainnya memberikan motivasi bahwa sulaman ibu untuk setingkat ibu yang sudah tua dan rabun cukup bagus.

Karena mendapatkan dorongan yang kuat dari 3 pemuda itu. Si ibu terus berusaha memperbaiki sulamannya, dan dia mulai merasakan kenikmatan dari tiap jahitan jarum yang ada pada sulamannya. Lama kelamaan hasil sulamannya cukup bagus, dan orang-orang yang dulu lalu lalang mulai memperhatikannya. Si ibu tua bangga dan dia mulai menunjukkan kesetiap orang yang baru dikenalnya agar mampir dan melihat sulamannya yang sangat bagus menurut si ibu.

Karena tahu sulaman si ibu mulai membaik dan didukung oleh pendapat para pengunjungnya, maka pemuda ke empat mengundang seorang kaisar yang cerdas dan kaya agar menghancurkan si ibu tua rabun itu. Lalu dengan akal liciknya si kaisar yang cerdas dan kaya itu mampir di malam hari ke rumah gubuk reyot si ibu tua, lalu dia menanyakan hasil sulamannya. Si ibu dengan bangga memperlihatkan padanya. Dengan otaknya yang cerdas dari si kaisar dia ingin melihat lebih jelas permukaan sulaman ibu itu, dengan bangganya lalu si ibu tua menyalakan korek api dan didekatkan lebih menempel ke hasil sulamannya agar si kaisar bisa melihat lebih jelas. Tapi seperti yang kita perkirakan sulaman itu langsung terbakar hangus. Dan kaisarpun pergi secara berlahan tanpa banyak kata.

Si ibu menangis dengan kehancuran sulaman yang dibanggakannya, dia menyesal mengapa menunjukkan sulamannya itu ke seorang kaisar yang tidak benar-benar berniat melihat kebagusannya. Si ibu sedih, dia harus memulai sulamannya dari awal kembali, namun kenikmatan yang dirasakan saat menyulam sudah hilang dari hatinya. Dia menangis bukan karena nikmatnya menyulam namun dia menangis karena kenikmatan menyulamnya telah hilang di hatinya. Si ibu berencana untuk menghentikan sulamannya, kemudian si ibu membaca QS. Adz Dzaariyaat (51) ayat 51-60:

'Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain disamping Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu Demikianlah tidak seorang rasulpun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan: "Ia itu adalah seorang tukang sihir atau orang gila"

Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas. Maka berpalinglah kamu dari mereka, dan sekali-kali tidak tercela.

Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.

Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat KokohMaka sesungguhnya untuk orang-orang zalim ada bahagian (siksa) seperti bahagian teman-teman mereka (dahulu); maka janganlah mereka meminta kepada-Ku menyegerakannya.

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang kafir pada hari yang diancamkan kepada mereka'-------

Si ibu tua yang rabun hanya bisa sedih membaca kitab suci ini karena si ibu tidak lagi merasakan kenikmatan di hatinya saat dia menyulam, dia menangis karena hilangnya kenikmatan itu. Dan dia mulai menyulam lagi dengan penuh keterpaksaan agar suatu saat bisa kembali menikmati kenikmatan di hatinya, tapi sayang seribu sayang si ibu tidak tahu kapan kenikmatan di hatinya bisa datang kembali pada dirinya....

-Gantira- Wollongong Australia