Rabu, 06 Oktober 2004

Buah Kesabaran

Keringatnya bercururan, nafasnya terengah-engah dan kakinya mulai pegal-pegal, namun akhirnya sampai juga pada tempat yang dia tuju.

Kemudian dia berucap “ Pak beli kelapa 2 buah sekalian di parud !, juga beli cabe, bawang dan garam”…

Dia terdiam sambil menunggu yang dia pesan selesai, setelah lama menunggu lalu ia teringat akan pesan istrinya, lalu diapun berucap “Pak tolong santan yang kental dan cair dipisah!”

“Kenapa gak ngomong dari tadi!!” suara balasan dengan nada membentak, “Ini udah terlanjur, tau!!” disusul dengan ucapan yang memanaskan hati yang memang sudah panas..

Si pemuda itu lalu melihat sebuah golok yang membentang didepannya, dia terdiam lama sambil melihat tukang kelapa mengerjakan tugasnya. Dadanya terus memanas, hatinya berucap “apa hak si penjual memarahi pembeli, apa dia tidak tahu bahwa si pembeli adalah raja??” kalimat itu terus bergaung-gaung dalam hatinya yang mulai membakar seluruh tubuhnya.

Lalu dia menyambar sebuah golok didepannya dan dibacokkan berkali-kali pada si penjual kelapa, setelah darah bercucuran disekujur tubuhnya. Dia melihat sekelilingnya menjerit-jerit. Anak-anak menangis, ibu-ibu berteriak, dan banyak lelaki yang tertegun tak bisa berbuat apa-apa. Setelah itu terjadi, lalu datang sekumpulan polisi dengan senapan di tangannya. Dan berteriak “angkat tangan!!” diam ditempat!!”

Lalu pemuda itu dibawa dengan tangan diborgol dan orang-orang yang dilewatinya memaki-maki dan meludahi wajah pemuda itu. Akhirnya dia dihukum seumur hidup. Namanya hancur, keluarganya menahan rasa malu serta istri yang dicintainya menangis menahan rasa sakit bercampur cinta. Pemuda itu terdiam dalam kesedihan yang memilukan.

Setelah lama dia terdiam, terdengar suara “mas, saya kira kelapa pesanannya masih bisa dipisah, permintaan mas bisa saya penuhi” dia tersadar dari lamunannya. Dia bersyukur, untung bisa menahan rasa kemarahannya. Bila tidak maka akibat yang terjadi akan jauh lebih buruk. Sungguh menahan rasa marah dengan kesabaran mendapatkan hasil yang jauh lebih baik dari yang dibayangkan.

-Gantira- Jakarta





-Gantira- Jakarta

Sabtu, 05 Juni 2004

Kesempatan yang Terabaikan

Ada penguasa yang begitu kaya dan berkuasa dengan megahnya, dia memiliki tanah kekuasaan yang sangat luas. Laut dan tanahnya mengandung berbagai macam kekayaan yang berlimpah ruah bagai limpahan yang tak mungkin habis-habisnya.

Lautnya berlimpahkan berbagai macam jenis kekayaan yang sangat mengagumkan, ada berbagai macam jenis ikan yang berkembang dengan cepatnya, ada minyak dan gas yang takkan pernah habis sampai kapanpun, ada banyak terumbu karang yang sangat indah dan mengagumkan.

Daratannya memendam berbagai macam kemewahan yang tak pernah habis digunakan, tanahnya mengandung zat hara yang sangat tinggi, air didalamnya berlimpah ruah tanpa batas. Intan, emas, permata, berlian, minyak bumi, gas, dan berbagai jenis bahan tambang yang sangat berharga tertanam di dalam daratan tersebut.

Saat dia mengunjungi daerah A yang berada di bawah kekuasaannya. Terlihat disana mereka dalam kehidupan yang sangat menyenangkan bagaikan surga yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Mereka makan dengan makanan yang mereka inginkan dan sungguh melejatkan. Mereka minum dengan minuman yang mereka senangi yang sungguh menyegarkan. Karena mereka telah memanfaatkan ilmu yang dimilikinya untuk mengeksploitasi kekayaan didalam tanah yang mereka tempati. Penguasa itu tersenyum melihat kecerdasan rakyatnya yang telah memanfaatkan otak mereka.

Saat dia mengunjungi daerah B yang juga berada di bawah kekuasaannya. Terlihat disana mereka dalam kehidupan yang sangat menyengsarakan. Pada saat mereka lapar maka untuk memenuhi kebutuhan perutnya mereka hanya mencari cacing dan belatung yang kebetulan ada di permukaan tanah sehingga membuat perut mereka semakin lapar dan mual. Pada saat haus mereka mendatangi air laut dan meminumnya sehingga membuat kerongkongan mereka semakin haus tak tertahankan. Penguasa itu sangat marah melihat kebodohan rakyatnya yang ada didaerah itu, karena mereka tidak menggunakan otaknya.

Saat dia mengunjungi daerah C yang juga berada di daerah kekuasaannya. Disana baru terlahir seorang anak muda yang tidak tahu apa-apa. Lalu penguasa itu mengajak anak muda tersebut melihat daerah A dan daerah B namun hanya melihat tidak diperkenankan untuk merasakan situasi keduanya. Dan dikatakan kepada anak muda di daerah C itu, bahwa dulu mereka diberi kesempatan dikirim ke daerah yang kaya akan berbagai macam ilmu pengetahuan.

Penduduk A, mereka memanfaatkan kesempatannya untuk belajar berbagai macam ilmu pengetahuan yang ada hubungannya dengan tehnik untuk mengolah segala macam jenis kekayaan yang terkandung di daerah tanah yang mereka tempati. Akhirnya seperti yang terlihat, mereka hidup dalam kemewahan yang luar biasa nikmatnya.

Penduduk B, merekapun diberi kesempatan untuk menimba berbagai jenis ilmu pengetahuan untuk mengolah tanah yang dimilikinya yang mengandung kekayaan seperti yang dimiliki oleh daerah A. Namun sayangnya penduduk A tidak memanfaatkan kesempatan menimba ilmu yang telah diberikan kepadanya, sehingga saat pulang dari negeri yang kaya ilmu mereka tetap bodoh seperti yang terlihat sekarang.

Pemuda yang dari daerah C mengerti dan paham saat itu. Kemudian dia dikirim ke daerah yang kaya akan ilmu yang dibutuhkan untuk mengolah tanahnya yang sangat kaya. Pada saat dia berangkat dia bertekad akan memanfaatkan kesempatan itu dengan sebaik mungkin, agar dia bisa hidup mewah seperti yang dia lihat di daerah A.

Setelah dia sampai ditempat tujuannya, awalnya dia tetap pada tujuan semula yaitu menuntut ilmu yang ada hubungannya dengan tanah yang dimilikinya. Namun lambat laun si pemuda itu mulai tergoda untuk mengikuti kesenangan lain yang ada di daerah yang kaya akan berbagai macam ilmu pengetahuan itu.

Pemuda itu mulai merasakan nikmatnya minum-minuman, nikmatnya bersex ria, nikmatnya melihat-lihat perempuan yang sangat cantik tanpa menggunakan sehelai bajupun, mulai mempelajari ilmu berjudi, ilmu menggosip dan berbagai ilmu yang tidak ada hubungannya dengan mengolah tanah yang dimilikinya.

Padahal ditempat dia menuntut ilmu, banyak sekali ilmu pengetahuan mengenai pertanian, pertambangan, perikanan, perhutanan, dan berbagai jenis ilmu lainnya yang sangat berlimpah tersedia disana. Tapi sayang si pemuda itu lupa akan tujuan awal dia di kirim ke tempat dunia ilmu itu.

Detik, menit, jam, hari, bulan dan tahunpun berlalu. Pada saat diumumkan bahwa besok pemuda itu akan dilantik serta dia diwajibkan untuk kembali ke daerahnya masing-masing. Baru dia tersadar akan kebodohannya, dia minta diperpanjang waktunya untuk menimba ilmu yang dibutuhkannya namun sayang semua sudah terlambat. Terbayang di matanya kehidupan yang akan dia alami seperti kehidupan yang dialami oleh penduduk B. Dia saat itu hanya bisa menangis dan meraung-raung akan penyesalan yang tak mungkin kembali.

Kemudian pemuda itu mengingat beberapa surat yang ada di kitab sucinya.

Q.S. Al Anbiya (21) ayat 35:
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.'

Q.S. An Naml (37) Ayat 89-90:
'Barangsiapa yang membawa kebaikan, maka ia memperoleh (balasan) yang lebih baik daripadanya, sedang mereka itu adalah orang-orang yang aman tenteram dari pada kejutan yang dahsyat pada hari itu'

'Dan barangsiapa yang membawa kejahatan, maka disungkurkanlah muka mereka ke dalam neraka. Tiadalah kamu dibalasi, melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu kerjakan'

Q.S. Thaaha (20) ayat 124:
''Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.''

Setelah mengingat kitab sucinya, pemuda itu menangis dengan tangisan yang menyayat hati, namun itu sudah terlambat. Dia merenungi berulang-ulang sebuah kalimat 'Kesempatan yang Terabaikan'.

-Gantira- Wollongong Australia